Daftar 10 Efek yang Mungkin Terjadi Akibat Dampak Global Warming
    
 
     
 Dunia  saat ini dihantui oleh isu global warming yang dalam waktu tidak lebih  dari seabad akan menunjukkan akibatnya dan berpotensi  memporak-porandakan peradaban manusia. Bencana-bencana yang dipicu  karena ketidakstabilan iklim mulai banyak menelan korban yang tidak  sedikit. Meski hanya berupa studi-studi atau prediksi-prediksi, ada  baiknya kita mewaspadai peringatan ini.
Dunia  saat ini dihantui oleh isu global warming yang dalam waktu tidak lebih  dari seabad akan menunjukkan akibatnya dan berpotensi  memporak-porandakan peradaban manusia. Bencana-bencana yang dipicu  karena ketidakstabilan iklim mulai banyak menelan korban yang tidak  sedikit. Meski hanya berupa studi-studi atau prediksi-prediksi, ada  baiknya kita mewaspadai peringatan ini.
1. Great Barrier Reef Lenyap dalam 20 Tahun
 Naiknya  air laut akibat pemanasan global dalam 20 tahun akan menenggelamkan  gugusan karang ajaib ini. Charlie, mantan kepala peneliti di Australian  Institute of Marine Science mengatakan pada The Times: "Tidak ada  harapan, Great Barrier akan lenyap 20 tahun lagi atau lebih. Sekali  karbon dioksida (CO2) menyentuh level seperti yang diprediksi antara  tahun 2030 dan 2060, seluruh karang akan lenyap. Hal ini didukung para  peneliti karang dan juga semua organisasi terkait lainnya. Ini sudah  kritis dan beginilah kenyataanya."
Naiknya  air laut akibat pemanasan global dalam 20 tahun akan menenggelamkan  gugusan karang ajaib ini. Charlie, mantan kepala peneliti di Australian  Institute of Marine Science mengatakan pada The Times: "Tidak ada  harapan, Great Barrier akan lenyap 20 tahun lagi atau lebih. Sekali  karbon dioksida (CO2) menyentuh level seperti yang diprediksi antara  tahun 2030 dan 2060, seluruh karang akan lenyap. Hal ini didukung para  peneliti karang dan juga semua organisasi terkait lainnya. Ini sudah  kritis dan beginilah kenyataanya."
2. Hutan Amazon Akan Berubah Menjadi Gurun
 Memiliki  jutaan spesies dan cadangan 1/5 air bersih dunia, hutan Amazon  merupakan hutan hujan tropis terbesar di dunia. Tapi pemanasan global  dan penggundulan hutan membalikkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon  dan merubah 30-60 persen hutan menjadi padang rumput kering.  Proyeksi-proyeksi menunjukkan hutan ini bisa lenyap menjelang tahun  2050.
Memiliki  jutaan spesies dan cadangan 1/5 air bersih dunia, hutan Amazon  merupakan hutan hujan tropis terbesar di dunia. Tapi pemanasan global  dan penggundulan hutan membalikkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon  dan merubah 30-60 persen hutan menjadi padang rumput kering.  Proyeksi-proyeksi menunjukkan hutan ini bisa lenyap menjelang tahun  2050.
3. Gurun Sahara Akan Menghijau
 Para  ilmuwan melihat tanda-tanda bahwa gurun sahara dan wilayah di  sekitarnya menghijau akibat makin meningkatnya curah hujan. Hujan ini  mampu merevitalisasi wilayah gersangnya sehingga menarik komunitas  petani. Kecenderungan menyusutnya gurun ini dijelaskan oleh model-model  iklim, yang memprediksi kembalinya ke kondisi yang merubah Sahara  menjadi padang rumput subur seperti sekitar 12 ribu tahun yang lalu.
Para  ilmuwan melihat tanda-tanda bahwa gurun sahara dan wilayah di  sekitarnya menghijau akibat makin meningkatnya curah hujan. Hujan ini  mampu merevitalisasi wilayah gersangnya sehingga menarik komunitas  petani. Kecenderungan menyusutnya gurun ini dijelaskan oleh model-model  iklim, yang memprediksi kembalinya ke kondisi yang merubah Sahara  menjadi padang rumput subur seperti sekitar 12 ribu tahun yang lalu.
4. Angin Topan Akan Bertiup Lebih Dahsyat
 Belum  bisa dijelaskan apakah global warming bertanggung jawab atas terjadinya  badai Katrina. Tapi ada indikasi-indikasi bahwa global warming akan  menciptakan badai-badai berkategori 5 - badai Katrina sendiri  berkategori 4 saat menghantam Lousiana. Kekuatan badai dimulai dari  adanya air hangat dan model-model ramalan menunjukkan badai di masa  depan akan menjadi lebih dahsyat seiring dengan naiknya temperatur  lautan. Global warming juga membuat badai-badai itu lebih destruktif  dengan naiknya permukaan laut yang memicu banjir yang lebih besar di  wilayah pesisir.
Belum  bisa dijelaskan apakah global warming bertanggung jawab atas terjadinya  badai Katrina. Tapi ada indikasi-indikasi bahwa global warming akan  menciptakan badai-badai berkategori 5 - badai Katrina sendiri  berkategori 4 saat menghantam Lousiana. Kekuatan badai dimulai dari  adanya air hangat dan model-model ramalan menunjukkan badai di masa  depan akan menjadi lebih dahsyat seiring dengan naiknya temperatur  lautan. Global warming juga membuat badai-badai itu lebih destruktif  dengan naiknya permukaan laut yang memicu banjir yang lebih besar di  wilayah pesisir.
5. London Tenggelam Tahun 2100
 Tidak  hanya karang dan pulau-pulau landai yang terancam global warming.  Faktanya sebuah ancaman besar juga menghantui wilayah kota besar di  wilayah pantai yang beresiko tenggelam di bawah air akibat naiknya  permukaan laut. Lusinan kota-kota dunia termasuk London dan New York  bisa saja lenyap tenggelam menjelang akhir abad ini, menurut penelitian  yang menyebutkan global warming akan mengakibatkan naiknya permukaan air  laut lebih cepat dari yang diprediksi sebelumnya. London termasuk kota  besar yang beresiko tinggi seperti digambarkan dalam sebuah film tahun  2007 berjudul "Flood". Menurut para ahli kota ini akan tenggelam tidak  sampai 100 tahun lagi.
Tidak  hanya karang dan pulau-pulau landai yang terancam global warming.  Faktanya sebuah ancaman besar juga menghantui wilayah kota besar di  wilayah pantai yang beresiko tenggelam di bawah air akibat naiknya  permukaan laut. Lusinan kota-kota dunia termasuk London dan New York  bisa saja lenyap tenggelam menjelang akhir abad ini, menurut penelitian  yang menyebutkan global warming akan mengakibatkan naiknya permukaan air  laut lebih cepat dari yang diprediksi sebelumnya. London termasuk kota  besar yang beresiko tinggi seperti digambarkan dalam sebuah film tahun  2007 berjudul "Flood". Menurut para ahli kota ini akan tenggelam tidak  sampai 100 tahun lagi.
6. Hewan-hewan yang Menyusut
 Studi  baru menyebutkan bahwa bahwa spesies-spesies hewan mengalami penyusutan  rata-rata hingga 50 persen dari massa tubuhnya dalm 30 tahun terakhir.  Penelitian awal terhadap domba menduga bahwa musim dingin yang lebih  pendek dan ringan membuat domba-domba itu tidak menambah berat badannya  untuk bertahan hidup pada tahun pertama hidupnya. Faktor seperti ini  dapat juga mempengaruhi populasi ikan. Para peneliti menyebutkan  perubahan iklim ini bisa mengganggu rantai-rantai makanan, dimana  predator di puncak rantai makanan yang paling terpengaruhi karena  menyusutnya mangsa.
Studi  baru menyebutkan bahwa bahwa spesies-spesies hewan mengalami penyusutan  rata-rata hingga 50 persen dari massa tubuhnya dalm 30 tahun terakhir.  Penelitian awal terhadap domba menduga bahwa musim dingin yang lebih  pendek dan ringan membuat domba-domba itu tidak menambah berat badannya  untuk bertahan hidup pada tahun pertama hidupnya. Faktor seperti ini  dapat juga mempengaruhi populasi ikan. Para peneliti menyebutkan  perubahan iklim ini bisa mengganggu rantai-rantai makanan, dimana  predator di puncak rantai makanan yang paling terpengaruhi karena  menyusutnya mangsa.
7. Kepulauan Indonesia Kehilangan Ribuan Pulaunya
 Akibat  global warming, sedikitnya 2000 pulau kecil di kepulauan Indonesia  mungkin akan hilang sebelum yahun 2030 danhal ini diperparah sebagai  konsekuensi penambangan liar dan aktivitas lain yang merusak lingkungan.  Indonesia hingga saat ini telah kehilangan sedikitnya 24 dari 17.500  pulau-pulau di wilayahnya.
Akibat  global warming, sedikitnya 2000 pulau kecil di kepulauan Indonesia  mungkin akan hilang sebelum yahun 2030 danhal ini diperparah sebagai  konsekuensi penambangan liar dan aktivitas lain yang merusak lingkungan.  Indonesia hingga saat ini telah kehilangan sedikitnya 24 dari 17.500  pulau-pulau di wilayahnya.
8. Global Warming Bisa Memicu Terorisme
 Global  warming bisa menciptakan kondisi ketidakstabilan di negara-negara  miskin, sehingga memicu terjadinya migrasi dan menjadi tempat subur  berkembangnya terorisme. Kondisi negara yang tidak stabil akibat iklim  yang keras dan tidak menentu menyebabkan banyak orang meninggalkan  negaranya dan karena tekanan beberapa di antaranya bisa melakukan tindak  terorisme. Belum lagi masalah akibat penolakan dari negara yang  didatangi para imigran ini.
Global  warming bisa menciptakan kondisi ketidakstabilan di negara-negara  miskin, sehingga memicu terjadinya migrasi dan menjadi tempat subur  berkembangnya terorisme. Kondisi negara yang tidak stabil akibat iklim  yang keras dan tidak menentu menyebabkan banyak orang meninggalkan  negaranya dan karena tekanan beberapa di antaranya bisa melakukan tindak  terorisme. Belum lagi masalah akibat penolakan dari negara yang  didatangi para imigran ini.
9. Mencairnya Pegunungan Alpen
 Tahun-tahun  belakangan ini terlihat pengurangan intensitas salju di wilayah-wilayah  rendah, menyusutnya volume glacier (sungai es), dan juga meningkatnya  cairnya wilayah es beku. Hal ini berdampak langsung pada aktivitas  turisme di musim dingin. Diprediksi glacier-glacier itu akan hilang  antara tahun 2030 dan 2050. Itali dan Swiss telah memutuskan untuk  menggambar ulang batas-batas wilayah mereka akibat berkurangnya  glacier-glacier di Alpine dan menyapu tanda batas-batas wilayah dua  negara itu.
Tahun-tahun  belakangan ini terlihat pengurangan intensitas salju di wilayah-wilayah  rendah, menyusutnya volume glacier (sungai es), dan juga meningkatnya  cairnya wilayah es beku. Hal ini berdampak langsung pada aktivitas  turisme di musim dingin. Diprediksi glacier-glacier itu akan hilang  antara tahun 2030 dan 2050. Itali dan Swiss telah memutuskan untuk  menggambar ulang batas-batas wilayah mereka akibat berkurangnya  glacier-glacier di Alpine dan menyapu tanda batas-batas wilayah dua  negara itu.
10. Tenggelamnya Kepulauan Maldiva
 Wilayah  kepulauan rendah dan flat yang dikelilingi lautan diprediksi akan  ditenggelamkan oleh lautan yang mengelilinginya itu. Hal ini merupakan  berita buruk bagi para penghuninya dan juga bagi dunia pariwisata yang  mengandalkan pantai-pantai berpasir putih dengan air hangatnya. Para  peneliti memberi waktu tidak lebih dari seratus tahun sebelum kepulauan  ini bebar-benar lenyap ditelan samudera.
Wilayah  kepulauan rendah dan flat yang dikelilingi lautan diprediksi akan  ditenggelamkan oleh lautan yang mengelilinginya itu. Hal ini merupakan  berita buruk bagi para penghuninya dan juga bagi dunia pariwisata yang  mengandalkan pantai-pantai berpasir putih dengan air hangatnya. Para  peneliti memberi waktu tidak lebih dari seratus tahun sebelum kepulauan  ini bebar-benar lenyap ditelan samudera.
Mengerikan memang, meski  hampir semua dari kita mungkin tidak akan mengalaminya, tetapi anak  cucu kitalah yang akan menghadapinya. Mungkin sebagian orang menganggap  isu global warming hanyalah bualan saja, tapi mungkin sebagian dari kita  telah merasakan naiknya temperatur di wilayah masing-masing jika  dibandingkan kira-kira 10 tahun yang lalu. Penulis sendiri kurang lebih  10-15 tahun yang lalu pernah tinggal di salah satu kota yang waktu itu  hawanya selalu sejuk bahkan menjelang tengah hari sekalipun. Dan  tahun-tahun belakangan kota itu di siang hari panas teriknya tidak kalah  dengan kota Jakarta. Memang belum ada yang membuktikannya sebagai  akibat global warming, tapi satu hal sudah jelas, sudah waktunya manusia  memikirkan kembali untuk menghargai alam dan bersahabat dengan alam  dalam segala aktivitasnya termasuk dalam strategi pembangunan, baik  infrastruktur maupun industri.
Sumber: http://woamu.blogspot.com/2009/10/global-warming-dan-akibatnya.html