Gunung  Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang, Kabupaten  Sragen, 30 km sebelah utara Solo. Untuk mencapai daerah ini tidak  terlalu susah, dari Solo kita bisa naik bis jurusan Purwodadi dan turun  di Belawan (di sebelah kiri jalan akan kita temukan pintu gerbang yang  bertuliskan “Daerah Wisata Gunung Kemukus”) dari sini kita bisa naik  “ojek” atau berjalan kaki menuju tempat penyeberangan dengan perahu.
Perlu  diketahui bahwa sejak penggenangan Waduk Kedung Ombo, Gunung Kemukus  menjadi seperti sebuah “pulau” tetapi pada waktu musim kemarau air akan  surut dan praktis kita tidak memerlukan lagi jasa penyeberangan.
Gunung  Kemukus identik sebagai kawasan wisata seks karena di tempat ini orang  bisa sesuka hati mengkonsumsi seks bebas dengan alasan untuk menjalani  laku ritual ziarahnya, itulah syarat kalau mereka ingin kaya dan  berhasil. Dalam suatu aturan yang tak resmi disyaratkan bahwa setiap  peziarah harus berziarah ke makam Pangeran Samudro sebanyak 7 kali yang  biasanya dilakukan pada malam Jum’at Pon dan Jum’at Kliwon atau pada  hari-hari dan bulan yang diyakhini baik, melakukan hubungan seksual  dengan seseorang yang bukan suami atau istrinya (mereka boleh membawa  pasangannya sendiri atau mungkin bertemu di sana),
Dikisahkan  tentang seorang Pangeran dari kerajaan Majapahit yang bernama Pangeran  Samudro (ada yang menyebut bangsawan ini berasal dari Majapahit, ada  pula yang menduga dari zaman Pajang), si oedipus yang jatuh cinta kepada  ibunya sendiri (Dewi Ontrowulan). Ayahanda Pangeran Samudro yang  mengetahui hubungan anak-ibu tersebut menjadi murka dan kemudian  mengusir Pangeran Samudro. 
Dalam kenestapaannya, Pangeran Samudro  mencoba melupakan kesedi hannya dengan melanglang buana, akhirnya ia  sampai ke Gunung Kemukus. Tak lama kemudian sang ibunda menyusul anaknya  ke Gunung Kemukus untuk melepaskan kerinduan. Namun sial, sebelum  sempat ibu dan anak ini melalukan hubungan intim, penduduk sekitar  memergoki mereka berdua yang kemudian merajamnya secara beramai-ramai  hingga keduanya meninggal dunia. Keduanya kemudian dikubur dalam satu  liang lahat di gunung itu juga. Tapi menurut ceritera, sebelum  menghembuskan nafasnya yang terakhir Pangeran Samudro sempat  meninggalkan sebuah pesan yaitu kepada siapa saja yang dapat melanjutkan  hubungan suami-istrinya yang tidak sempat terlaksana itu akan terkabul  semua permin taannya. Konon selengkapnya ia berujar demikian, “Baiklah  aku menyerah, tapi dengarlah sumpahku. Siapa yang mau meniru perbuatanku  , itulah yang menebus dosaku dan aku akan membantunya dalam bentuk  apapun…….”
Sumber: http://misteridunia.wordpress.com/